Kamis, 26 Mei 2016

Teori Pembelajaran Waldorf



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Teori pendidikan Steiner biasa disebut Waldorf, istilah “waldorf” digunakan bergantian dengan Steiner. Menggambarkan sekolah dengan kurikulum berdasarkan ajaran Steiner yaitu bahwa manusia memiliki kebijaksanaan yang melekat untuk mengungkap misteri dunia spiritual. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran steiner mengembangkan model pendidikan yang berfokus pada pengembangan kreatifitas. Taman kanak-kanak di sekolah Waldorf sangat berbeda dengan tingkat sekolah lainnya dan berbeda dari sebagian besar taman kanak-kanak umumnya yang kita ketahui. Taman kanak-kanak waldorf melayani anak usia 3 hingga 7 tahun. Kurikulum sekolah ini berisi permainan, imajinasi, dongeng, fabel, cerita rakyat, berhubungan dengan pengasahan motorik dan kesenian.
Dibuatnya makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui tentang pendidikan Waldorf. Pendidikan Waldorf telah banyak digunakan di berbagai Negara. Pendidikan Waldorm membahas tentang ruang lingkup anak usia dini yang pada hakikatnya dimana anak-anak harus melewati tahapan setiap masanya dengan baik dan benar. Pada masa anak-anak kemampuan motorik dan kreatifitas yang perlu diutamakan.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa pendekatan Waldorf pada pendidikan anak usia dini?
2.      Siapa Tokoh dalam pendekatan Waldorf?
3.      Bagaimana konteks dan Karakteristik dari pendidikan Waldorf pada anak usia dini?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan dari pendidikan Waldorf?


  1. Tujuan
1.      Dapat memahami tentang pendekatan Waldorf pada anak usia dini.
2.      Dapat mengetahui tokoh pendekatan Waldorf.
3.      Dapat mengetahui dan memahami serta mengaplikasikannya bagaimana konteks dan karakteristik dari pendidikan Waldorf pada anak usia dini.
4.      Dapat mengetahui tentang klebihan dan kekurangan pendidikan Waldorf.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Sekolah Waldorf
Rudolf Steiner, lahir tanggal ,27 Februari 1861, Donji Kraljevec Croatia. Seorang ilmuan dan filusuf. Salah satu teori Steiner yang terkenal adalah bahwa manusia memiliki kebijaksanaan yang melekat untuk mengungkap misteri dunia spiritual. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran steiner mengembangkan model pendidikan yang berfokus pada pengembangan totality, yaitu pengembangan kreatifitas.
Steiner percaya bahwa 7 tahun pertama kehidupan anak adalah periode belajar meniru berbasis sensorik. Masa itu juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan non-kognitif anak. Untuk itu anak-anak usia dini disekolah Waldorf didorong untuk bermain dan berinteraksi dengan lingkungan mereka bukannya diajarkan konten akademik. Teori pendidikan Steiner biasa disebut Waldorf, istilah “waldorf” digunakan bergantian dengan Steiner. Menggambarkan sekolah dengan kurikulum berdasarkan ajaran Steiner yang telah dijelaskan.
Pendekatan Waldorf
Waldorf berasal dari Jerman dan telah menyebar keseluruh dunia. Banyak yang tertarik dengan pendekatan ini karena mereka melihatnya sebagai sebuah alternatif untuk pendidikan tradisional dan sebagai inspirasi untuk memperbaiki pendidikan. Medel pembelajar Waldorf bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak tergesa-gesa sesuai perkembangan bagi anak-anak.
Pendidikan anak usia dini waldrof telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan termasuk rumah dan tempat penitipan anak. Program dukungan orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia bagi anak-anak 3-7 tahun. Pendekaran ini dibuat oleh Rudolf Steiner (1861-1925).[1]
Sekolah Waldorf disebagian tempat dikenal sebagai sekolah Steiner, yang diambil dari nama Rudolf Steiner. Sedangkan nama sekolah Waldorf diambil dari nama sekolah pertama yang didirikan dan dikembangkan Rudolf Steiner. Sekolah itu dibangun di Kota Stutgart Jerman tahun 1919 sekolah tersebut dibangun untuk mendidik anak-anak pekerja pabrik.
Sekolah Waldorf bertambah hingga tahun 2011, sudah ada 1.003 sekolah Waldorf di 60 negara, serta lebih dari 2000 pendidikan anak usia dini. Sekolah-sekolah tersebut menerapkan model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner.
Model pembelajaran Waldrof bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak tergesa-gesa, sesuai dengan perkembangan bagi anak – anak. Pendidikan anak usia dini (ECE) Waldrof telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan termasuk rumah dan pengasuhan anak pusat, kelompok orang tua dan anak, program dukungan orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia bagi anak-anak berusia 3 hingga 7 tahun.


B.     Antroposofi
Semua tinjauan luas tentang keyakinan filosofis steiner harus dimulai dengan antroposofi (dari bahasa Yunani: anthropo=manusia, Sophia=kebijaksanaan) secara sederhana antroposofi adalah eksplorasi diri manusia yang digabungkan dengan hal spiritual. Tujuan antroposofi adalah untuk memunculkan kebenaran atau baru yang tidak disatukan dengan prinsip atau ajaran agama tertentu. [2]

C.     Konteks Pendidikan Waldorf
Taman kanak-kanak di sekolah Waldorf sangat berbeda dengan tingkat sekolah lainnya, dan berbeda dari sebagian besar taman kanak-kanak umumnya yang kita ketahui. Taman kanak-kanak Waldorf melayani anak-anak antara usia 3 hingga 7 tahun. Kurikulum sekolah ini berisi permainan imajinasi, dongeng, fabel, cerita rakyat, kegiatan seni tiruan, alat music, tari, drama. Kurikulum ini didasarkan pada gagasan bahwa anak-anak berusaha mengembangkan tubuh fisik dan kemauan mereka, semua kegiatan tidak bersifat akademik, tetapi terapan. Mainan-mainan di sekolah sederhana dan terbuka untuk mendorong penggunaan yang imajinatif. Taman kanak-kanak Waldorf dirancang sebagai perluasan lingkungan rumah. Tidak ada pengajaran akademik formal. Pengalaman matematis terjadi secara alami melalui permainan imajinatif. Dalam cara ini Waldorf membedakan dengan kenyataan saat ini dimana anak-anak sering dibawa tergesa-gesa untuk menjadi seorang yang pandai karena itu banyak anak-anak yang kehilangan kesempatan hanya untuk menjadi, memiliki masa kanak-kanak yang merupakan hak mereka.
Pendidikan Waldorf menghormati anak secara keseluruhan dan tahap-tahap yang dilalui seorang anak, dan mendukung keyakinan bahwa ada saat yang tepat untuk semuanya. Ambil contoh pendekatan Waldorf dalam membaca. Merupakan hal yang biasa bagi seorang siswa Waldorf untuk memulai membaca di Kelas 3 atau 4, jauh lebih lambat dari siswa sekolah negri pada umumnya. Persiapan Waldorf memungkinkan anak lebih siap akan pengalaman membaca saat ia mencapai titik tersebut, bahkan jika itu memakan waktu lebih lama. Hal yang penting bukanlah seberapa cepat ia membaca. Hasil jangka pendek tidak begitu penting yang penting adalah membangun dasar perkembangan yang kukuh yang akan berkontribusi pada jangka panjang agar menjadi anak yang lebih bahagia, lebih sehat, dan berpengetahuan lebih luas serta kompeten.
Pelatihan Guru Waldorf. Karena filosofi Waldorf disusun dengan baik dan berisi begitu banyak komponen yang saling terkait, para guru Waldorf harus terlatih. The Rudolf teiner Collage di California adalah salah satu perguruan tinggi yang menawarkan berbagai jenis program dan pelatihan yang melatih guru Waldorf.
Pendidikan Waldorf berasal dari Jerman dan telah diadaptasi kedalam budaya-budaya lain di seluruh dunia.  Pendidikan Waldorf telah sukses diadaptasi ke sejumlah budaya lain, seperti eropa, afrika, timur tengah, Jepang dan Australia.
Banyak yang menganut teladan pendidikan Waldorf karena kesederhanaannya. Pada masa teknologi seperti ini, jadwal yang padat membuat ketergesaan, pendidikan Waldorf berjuang menghapuskan ketergesaan memungkinkan kita untuk focus pada apa yang benar-benar penting. Waldorf membantu anak-anak belajar bagaimana dan tugas mereka dimasa tersebut.

D.    Menilai Pembelajaran Anak-Anak
Penilaian adalah hal penting bahkan di taman kanak-kanak untuk memastikan bahwa siswa memenuhi tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum Waldorf adalah bukan untuk mengajarkan keterampilan akademik dasar dan mengikuti ujian atau membantu siswa memenuhi standar yang di tentukan pemerintah bagi berbagai usia dan tahapan atau kelas.  Guru Waldorf sangat menyadari kemajuan perkembangan siswa mereka secara perorangan.  Tujuan pendidikan Waldorf adalah membantu perkembangan anak-anak secara  individualitas.
Pendidikan Waldorf didasarkan pada pemahaman bahwa penting bagi anak untuk mengembangkan dasar yang kuat dan kecintaan pada pembelajaran sebagai persyaratan untuk mengembangkan keterampilan akademik, yang akan muncul saat anak telah siap.
Berdasarkan prespektif ini, penilaian anak-anak didekati dengan cara yang sangat berbeda oleh para guru sistem Waldorf.

E.     Waldorf dan Pendekatan Lainnya
Pendekatan Waldorf pada pendidikan usia dini tampaknya memiliki daya tarik tertentu yang nyata. Waldorf tentu saja memiliki banyak persamaaan dengan praktik yang sesuai dengan perkembangan (DAP) dalam lima katagori:
1)      Menciptakan masyarakat yang mengasihi pembelajar,
2)      Mengajar untuk mendorong perkembangan dan pembelajaran,
3)      Membuat kurikulum yang tepat,
4)      Menilai pembelajaran dan perkembangan anak-anak,
5)      Membangun hubungan timbal balik dengan keluarga.
Pendidikan anak usia dini Waldorf memiliki banyak kebaikan sebagai hasil pendidiknya. Bisa dikatakan bahwa Waldorf berkontribusi dalam kompetensi kognitif dan sosial, bahkan kesiapan bersekolah tidak menjadi prioritas dalam ECE Waldorf mengingat pengabdiannya pada intergrasi masa kanak-kanak dan kenyataan bahwa anak-anak cenderung terus berada  di Waldorf selama masa persekolahan mereka. [3]
F.      Kurikulum pendidikan waldorf
Kurikulum yang mendefinisikan metode Waldorf tetap relatif tidak berubah dalam 90 tahun terakhir. Steiner percaya 7 tahun pertama kehidupan anak, periode ditandai dengan pembelajaran meniru dan sensorik berbasis, harus ditujukan untuk mengembangkan kemampuan non kognitif anak. Untuk itu, anak-anak TK di sekolah Waldorf didorong untuk bemain dan berinteraksi dengan lingkungan mereka bukannya diajarkan konten akademis dalam suasana tradisional. Steiner juga percaya bahwa anak-anak harus belajar menulis sebelum mereka belajar membaca, dan bahwa tidak ada anak harus belajar membaca sebelum usia 7 tahun. Dari usia 7-14 tahun, kreativitas dan imajinasi di tekankan. Selama tahap ini, siswa sekolah Waldorf  bisa belajar bahasa asing, tarian ekspresif yang dikembangkan oleh Steiner, dan seni pertunjukan lainnya. Pada usia 14, siswa siap untuk lingkungan yang lebih terstruktur yang menekankan tanggung jawab sosial.

G.    Kelebihan dan Kekurangan model pendidikan waldorf
·         Kelebihan :
1)      Mainan disekolah ini bersifat sederhana dan terbuka sehingga akan mendorong imajinatif anak.
2)      Semua kegiatan tidak bersifat akademik melainkan kegiatan terapan, kegiatan ini akan mendorong perkembangan kemauan dan kreatifitas anak.
3)      Model ini menekankan bahwa masa usia dini adalah masa emasnya anak yang bila dikembangkan secara baik segala potensi anak berkembang dengan baik pula.
4)      Menggabungkan anak dari berbagai usia yang berbeda akan membentuk sikap menghargai, menghormati, imitasi sikap dan saling membantu pada anak.
5)      Kerja sama yang erat antara orang tua dan anak sehingga memaksimalkan perhatian yang mendukung tumbuh kembang anak.
·         Kekurangan :
1)      Tidak dapat diimplikasikan pada sekolah umum, ini dikarenakan filosofi agama kristennya.
2)      Pendekatan ini lebih berfokus pada aspek sosial emosional dan kurang pada aspek kognitif.
H.    Implementasi pembelajaran waldorf di negara
Guru bekerjasama anak-anak mampu mengembangkan hubungan yang bermakna dengan mereka, mampu merundingkan perilaku nakal dengan konsisten, dan mampu membantu siswa mengembangkan pembelajaran karakter dan kognitif dalam persiapan menjadi warga Negara yang baik (Easton).
I.       Gambar pembelajaran waldorf

 



H. Karakteristik Program
A. Menciptakan Masyarakat Pemelajar yang Peduli
Pendekatan PAUD Waldrof menggabungkan elemen-elemen mesyarakat tertentu kedalam rancangannya. Pentingnya lingkungan fisik, pengelompokan usia, kegiatan yang terencana, jadwal, dan hubungan sosial seluruhnya dibahas.
·   Kepekaan Anak-anak pada Lingkungan
Steiner memulai dengan lingkungan, yang mencakup tata letak dan rancangan ruang kelas yang digunakan oleh anak. Lingkungan adalah tempat yang terpenting untuk memulai. Lingkungan anak usia dini Waldrof memelihara rasa anak-anak tentang keindahan dan susunan. Steiner merasa bahwa anak-anak sangat peka terhadap lingkungan mereka, menyerap informasi melalui kelima indra dan merasakannya melalui seluruh tubuh mereka.
·         Pentingnya Imitasi dan Permainan
Guru Waldrof yakin bahwa penting untuk memberikan anak-anak sesuatu yang berharga untuk ditiru. Melalui peniruan sendiri ini, anak-anak belajar tidak hanya untuk melakukan tugas mereka untuk dilingkungan kelas tetapi juga untuk mengandalkan orang lain.
Permainan adalah metode penting lainnya dimana di dalamnya anak-anak mengembangkan rasa kemasyarakatan. Permainan memberikan kesempatan “aman” untuk melakukan interaksi sosial. Anak-anak bisa mencoba peran yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan melakukan berbagai metode komunikasi, semuanya dengan bermain pura-pura. Dari segi perkembangan, permainan adalah kesempatan bagi anak untuk melatih keterampilan sosial mereka dan mempelajari bagaimana berfungsi dalam sebuah kelompok.
·         Manfaat Pengelompokan Campur Usia
Faktor lsin yang berperan dalam masyarakat pembelajar Waldrof  yang mengasihi adalah pengelompokan beragam usia anak-anak. Rancangan ini juga meningkatkan atmosfer keluarga dalam arti bahwa kelas seperti imitasi saudara dengan stratifikasi usia, yang lebih alami dari pada kelas yang berisi anak dengan usia sama. Perbedaan dari segi usia ini menawarkan contoh teladan bagi anak-anak yang lebih muda, sedangkan anak-anak yang lebih tua menghormati dan belajar dari model mereka.
·         Menerapkan Ritme dan Rutinitas
Waldrof berperan untuk membantu meningkatkan rasa kemasyarakatan. Guru berusaha sendiri menetapkan rutinitas yang berulang setiap hari, setiap minggu, setiap musim, dan setiap tahun.
B.     Mengajar Untuk Mendorong Perkembangan dan Pembelajaran
Ada tiga perasaan menyangkut pendidikan anak usia dini yang disukung oleh guru-guru Waldrof : penghormatan, antusiasme, dan perlindungan.
·         Penghormatan, antusiasme, dan perlindungan
Penghormatan dapat diartikan sebagai sikap seorang guru terhadap anak.  Anak sangat mudah dipengaruhi, menyerap rangsangan dari limgkungan melalui indranya dan merasakannya dengan seluruh tubuhnya, dan penting bagi guru untuk memberikan rangsangan yang berguna.
Menyadari bahwa seni mengajar memberikan banyak tantangan. Steiner mendesak agar orang-orang yang mengajar harus menerima peran mereka dengan antusias. Tugas ketiga seorang guru adalah memberikan perlindungan bagi semua anak yang mereka asuh secara fisik, emosional, sosial, dan psikologi. Guru memberikan lingkungan yang bebas tekanan dengan irama lambat menyenangkan yang memungkinkan anak benar membangun fondasi yang akan mendukung pembelajaran mereka si masa depan. Anak-anak tidak merasakan tekanan standar, pengujian, atau keharusan untuk membaca, tapi menikmati pengalaman baca tulis yang kaya, yang mengarahkan imajinasi mereka.
·         Menyediakan Lingkungan yang Respontif
Pengajaran yang memberi ruang perkembangan dan pembelajaran mengharuskan guru menciptakan lingkungan yang menyenagkan dan responsif. Keindahan estetis dan rasa hangat penerimaan yang dibahas sebelumnya mainan dan materi yang disediakan guru untuk anak. Materi yang mengundang tangan dan pikiran tangan anak-anak untuk menyentuh, mengolah, membuat dan berimajinasi. Mereka belajar bahwa ada kemungkinan yang tak terbatas, bukannya belajar bahwa ada satu cara yang benar untuk melakukan sesuatu.
·         Hubungan Anak-anak dengan Pengalaman Pengindraan
Anak adalah “organ indra secara keseluruhan”, yang berarti bahwa anak-anak saling terkait dengan pengalaman pengindraan mereka. Seorang anak “menyatu dengan perasaan, karena itu sangat dipengaruhi oleh apa yang ditunjukan oleh rasa itu, dan perkembangn psikologinya dipengaruhi oleh lingkungan didekatnya”.
Anak juga bisa bereaksi dengan kehilangan  kendali dan mencari pelampiasan dengan cara-cara yang tidak diterima secara sosial. Pendidikan Waldorf dengan lingkungan alaminya yang menyenangkan adalah penangkal sifat mudah bergairah yang sangant mudah dikuasai oleh anak.
·         Bekerjasama dengan Teman Sebaya
Adalah bagian penting lainnya dalam perkembangan dan pembelajaran sehat yang dibantu perkembangannya oleh para guru. Guru memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk bermain dan bekerjasama.
·         Belajar dengan Melakukan
Guru Waldorf mendorong anak-anak untuk menemukan sendiri. Saat anak-anak memilih untuk terlibat dalam imitasi atau permainan, mereka akan melakukan dengan sepenuh hati dan memperoleh jauh lebih banyak dari pada bila mereka dipujuk untuk melakukannya.
·         Tanggungjawab dan Regulasi Diri
Salah satu tujuan kurikulum anak usia dini Waldrof adalah membantu anak-anak mengembangkan rasa tanggung jawab dan regulasi diri. Dengan memilih, anak-anak mulai melatih pengendalian mereka sendiri. Bagian penting pendekatan ini adalah mengenali bahwa perkembangan tanggung jawab dan pengaturan diri adalah sebuah proses. Agar ini terjadi, anak perlu waktu, ruang dan kesempatan yang cukup untuk berlatih membuat pilihan dan menggunakan kemandirian dan saling ketergantungan dibawah pengawasan seksama dan bimbingan orang dewasa.
C.    Membuat Kulikulum yang Tepat
Kurikulum anak usia dini Waldrof dibuat untuk mendidik anak secara keseluruhan: “kepala, hati, dan tangan”. Dengan demikian kurikulum tersebut berbicara tentang perkembangan aspek sosial, emosional, spiritual, moral, fisik, dan kecerdasan setiap anak.
·         Memelihara Anak Secara Keseluruhan
Kurikulum ini bisa dijelaskan hanya oleh beberapa kegiatan, tapi kedalaman yang dicapainya memerlukan pembahasan yang panjang.
·         Mendorong Perkembangan Holistik
Perkembangan sosial dipicu dan dilatih melalui permainan imajinatif. Konflik muncul dan anak-anak harus menyelesaikannya dan menemukan jalan keluar. Perkembangan emosional didukung dalam hubungan pribadi dekat yang dikembangkan setiap anak dengan guru, dan memalui persahabatan yang dibangun anak dengan teman sebaya. Anak-anak belajar memperoleh kendali emosi yang lebih besar atas perkembangan saat perkembangan terjadi dalam lingkungan yang aman, terlindungi dan bebas tekanan. Perkembangan spiritual dibantu berkembang melalui peniruan rasa hormat setiap guru pada masa kanak-kanak, alam, materi didalam kelas, dan makanam kecil yang dinikmati. Anak-anak perlu belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka dan mengambil keputusan yang baik. Pendidikan Waldrof dibuat untuk meletakkan semua landasan bagi perkembangan moral ini. Perkembangan fisik dipelihara melalui gerakan. Anak-anak sangat aktif, dan guru mendukung keaktifan ini sepanjang pagi. Sejumlah kegiatan luar kelas mendorong banyak gerakan dan perkembangan otot, sementara proyek seni dalam jumlah besar mendorong keterampilan gerak halus. Perkembangan kecerdasan bukan berasal dari pengajaran langsung, tetapi melalui penemuan dan peniruan yang diatur sendiri oleh anak.
·         Menggabungkan Berbagai Jenis Disiplin Ilmu
Melalui kerikulum Waldrof yang berisi permainan, imitasi, seni dan cerita, anak juga memperoleh pengaaman dalam berbagai jenis disiplin. Banyak sekolah saat ini yang berjuang untuk mengembangkan kurikulum yang terpadu. Guru sering kali menyamakan disiplin ilmu mereka. Sebaliknya, guru Waldrof selalu mengajar matematika, sains, kesusastran, kesenian, dan sebagainya sebagai dari satu kesatuan yang teratur. Landasan bagi kemampuan membaca, menulis dan berhitung, misalnya diletakkan melalui pengalaman setiap hari seperti pertunjukkan boneka dan menata meja untuk saat makan makanan kecil.

·         Mempertahankan Keteguhan Kecerdasn
Komponen penting kurikulum adalah keteguhan kecerdasan, karena anak-anak meniru tindakan orang disekitar mereka, guru harus melakukan tindakan yang pantas ditiru. Guru mencontohkan tugas sehari-hari yang diperlukan dalam merawat sekolah dan rumah, termasuk memperbaiki dan membersihkan, memasak dan mencuci. Semua ini adalah tugas-tugas yang berharga dan bertujuan yang pantas ditiru.
·         Merangkul Perbedaan
Pendidikan Waldrof bisa dipandang sebagai sebuar program multikultur contoh karena dengan mudah mengadaptasi budaya dan warisan anak-anak dan masyarakat yang dilayaninya. Tujuan pendidikan Waldrof adalah menyediakan “pendidikan menuju kebebasan” untuk anak-anak, yang menjadi alasan mengapa tujuannya adalah membantu anak-anak mengembangkan penilaian yang mandiri yang kuat. Kurikulim Waldrof pada dasarnya merangkul perbedaan dan menciptakan kesinambungan yang mengasihi.










BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Pendidikan Anak Usia Dini Waldorf menjelaskan tentang konteks dan karakteristik dari anak-anak dimana pada masa tersebut anak-anak harus melewati pencapaian tahapan perkembangan  yang sesuai dengan usianya. Padal pendidikan Waldorf dijelaskan bahwa dalam pendidikan anak-anak yang harus diutamakan adalah motorik dan keterampilan. Dimana dua hal tersebut akan memberikan perkembangan yang baik bagi anak. Pendidikan anak usia dini menurut Waldorf tidak diutamakan masalah akademik membaca dan menulis. Karena pada masa tersebut kewajiban anak-anak adalah bermain untuk mengasah motorik dan kreatifitas. Guru waldorf harus memahami tentang hal tersebut, guru waldorf diwajibkan menghargai masa tahapan anak-anak. Guru Waldorf harus membebaskan anak dari hal akademik dan harus mengutamakan konteks dan karakteristik anak.

B.     Saran
Diharapkan kepada para pembaca dapat memahami makalah ini dan dapat mengembangkan lebih sempurna lagi, dan saran sangat kami harapkan untuk memotivasi penulis, agar dalam penyelesaian makalah ini bisa memperbaiki diri dari kesalahan, atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.


[1] http://www.mushlihin.com/2014/03/education/4-tokoh-dan-pendekatan-pembelajaran-mereka.php
[2] Hasan M, Pendekatan Anak Usia Dini (PAUD), Yogyakarta: Diva Press, hal, 43-45.
[3] Kusuma A D, Pengantar Ilmu Pendidikan Dalam Berbagai Pendekatan, Surabaya:Usaha Nasional, hlm. 82-86.

1 komentar:

  1. Terimakasih untuk tulisan ini. Sangat bermanfaat. Sebagai tambahan informasi, sekolah Waldorf tidak berlandaskan pada filosofi agama tertentu. Filosofinya mengandung nilai-nilai universal.

    BalasHapus