BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Teori pendidikan Steiner biasa disebut
Waldorf, istilah “waldorf” digunakan bergantian dengan Steiner. Menggambarkan
sekolah dengan kurikulum berdasarkan ajaran Steiner yaitu bahwa manusia
memiliki kebijaksanaan yang melekat untuk mengungkap misteri dunia spiritual.
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran steiner mengembangkan model pendidikan yang
berfokus pada pengembangan kreatifitas. Taman kanak-kanak di sekolah Waldorf
sangat berbeda dengan tingkat sekolah lainnya dan berbeda dari sebagian besar
taman kanak-kanak umumnya yang kita ketahui. Taman kanak-kanak waldorf melayani
anak usia 3 hingga 7 tahun. Kurikulum sekolah ini berisi permainan, imajinasi,
dongeng, fabel, cerita rakyat, berhubungan dengan pengasahan motorik dan
kesenian.
Dibuatnya makalah ini bertujuan agar
para pembaca dapat mengetahui tentang pendidikan Waldorf. Pendidikan Waldorf
telah banyak digunakan di berbagai Negara. Pendidikan Waldorm membahas tentang
ruang lingkup anak usia dini yang pada hakikatnya dimana anak-anak harus
melewati tahapan setiap masanya dengan baik dan benar. Pada masa anak-anak kemampuan
motorik dan kreatifitas yang perlu diutamakan.
- Rumusan Masalah
1. Apa
pendekatan Waldorf pada pendidikan anak usia dini?
2. Siapa
Tokoh dalam pendekatan Waldorf?
3. Bagaimana
konteks dan Karakteristik dari pendidikan Waldorf pada anak usia dini?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari pendidikan Waldorf?
- Tujuan
1. Dapat
memahami tentang pendekatan Waldorf pada anak usia dini.
2. Dapat
mengetahui tokoh pendekatan Waldorf.
3. Dapat
mengetahui dan memahami serta mengaplikasikannya bagaimana konteks dan
karakteristik dari pendidikan Waldorf pada anak usia dini.
4. Dapat mengetahui tentang klebihan dan kekurangan
pendidikan Waldorf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Sekolah Waldorf
Rudolf Steiner, lahir tanggal ,27 Februari 1861, Donji Kraljevec Croatia. Seorang ilmuan dan
filusuf. Salah satu teori Steiner yang terkenal adalah bahwa manusia memiliki
kebijaksanaan yang melekat untuk mengungkap misteri dunia spiritual. Dalam
bidang pendidikan dan pengajaran steiner mengembangkan model pendidikan yang
berfokus pada pengembangan totality, yaitu pengembangan kreatifitas.
Steiner percaya bahwa 7 tahun pertama kehidupan anak adalah periode
belajar meniru berbasis sensorik. Masa itu juga digunakan untuk mengembangkan
kemampuan non-kognitif anak. Untuk itu anak-anak usia dini disekolah Waldorf
didorong untuk bermain dan berinteraksi dengan lingkungan mereka bukannya
diajarkan konten akademik. Teori pendidikan Steiner biasa disebut Waldorf,
istilah “waldorf” digunakan bergantian dengan Steiner. Menggambarkan sekolah
dengan kurikulum berdasarkan ajaran Steiner yang telah dijelaskan.
Pendekatan
Waldorf
Waldorf berasal dari Jerman dan telah menyebar
keseluruh dunia. Banyak yang tertarik dengan pendekatan ini karena mereka
melihatnya sebagai sebuah alternatif untuk pendidikan tradisional dan sebagai
inspirasi untuk memperbaiki pendidikan. Medel pembelajar Waldorf bertujuan
untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak tergesa-gesa
sesuai perkembangan bagi anak-anak.
Pendidikan anak usia dini waldrof telah diterapkan
pada berbagai tempat pelayanan termasuk rumah dan tempat penitipan anak.
Program dukungan orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai
usia bagi anak-anak 3-7 tahun. Pendekaran ini dibuat oleh Rudolf Steiner
(1861-1925).[1]
Sekolah Waldorf disebagian tempat dikenal sebagai
sekolah Steiner, yang diambil dari nama Rudolf Steiner. Sedangkan nama sekolah
Waldorf diambil dari nama sekolah pertama yang didirikan dan dikembangkan
Rudolf Steiner. Sekolah itu dibangun di Kota Stutgart Jerman tahun 1919 sekolah
tersebut dibangun untuk mendidik anak-anak pekerja pabrik.
Sekolah Waldorf bertambah hingga tahun 2011, sudah
ada 1.003 sekolah Waldorf di 60 negara, serta lebih dari 2000 pendidikan anak
usia dini. Sekolah-sekolah tersebut menerapkan model pendidikan yang
dikembangkan oleh Rudolf Steiner.
Model pembelajaran
Waldrof bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak
tergesa-gesa, sesuai dengan perkembangan bagi anak – anak. Pendidikan anak usia
dini (ECE) Waldrof telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan termasuk
rumah dan pengasuhan anak pusat, kelompok orang tua dan anak, program dukungan
orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia bagi
anak-anak berusia 3 hingga 7 tahun.
B. Antroposofi
Semua tinjauan luas tentang keyakinan filosofis
steiner harus dimulai dengan antroposofi (dari bahasa Yunani: anthropo=manusia,
Sophia=kebijaksanaan) secara sederhana antroposofi adalah eksplorasi diri
manusia yang digabungkan dengan hal spiritual. Tujuan antroposofi adalah untuk
memunculkan kebenaran atau baru yang tidak disatukan dengan prinsip atau ajaran
agama tertentu. [2]
C. Konteks
Pendidikan Waldorf

Taman kanak-kanak di sekolah Waldorf sangat berbeda
dengan tingkat sekolah lainnya, dan berbeda dari sebagian besar taman
kanak-kanak umumnya yang kita ketahui. Taman kanak-kanak Waldorf melayani anak-anak
antara usia 3 hingga 7 tahun. Kurikulum sekolah ini berisi permainan imajinasi,
dongeng, fabel, cerita rakyat, kegiatan seni tiruan, alat music, tari, drama.
Kurikulum ini didasarkan pada gagasan bahwa anak-anak berusaha mengembangkan
tubuh fisik dan kemauan mereka, semua kegiatan tidak bersifat akademik, tetapi
terapan. Mainan-mainan di sekolah sederhana dan terbuka untuk mendorong
penggunaan yang imajinatif. Taman kanak-kanak Waldorf dirancang sebagai
perluasan lingkungan rumah. Tidak ada pengajaran akademik formal. Pengalaman
matematis terjadi secara alami melalui permainan imajinatif. Dalam cara ini
Waldorf membedakan dengan kenyataan saat ini dimana anak-anak sering dibawa
tergesa-gesa untuk menjadi seorang yang pandai karena itu banyak anak-anak yang
kehilangan kesempatan hanya untuk menjadi, memiliki masa kanak-kanak yang
merupakan hak mereka.
Pendidikan Waldorf menghormati anak secara
keseluruhan dan tahap-tahap yang dilalui seorang anak, dan mendukung keyakinan
bahwa ada saat yang tepat untuk semuanya. Ambil contoh pendekatan Waldorf dalam
membaca. Merupakan hal yang biasa bagi seorang siswa Waldorf untuk memulai
membaca di Kelas 3 atau 4, jauh lebih lambat dari siswa sekolah negri pada
umumnya. Persiapan Waldorf memungkinkan anak lebih siap akan pengalaman membaca
saat ia mencapai titik tersebut, bahkan jika itu memakan waktu lebih lama. Hal
yang penting bukanlah seberapa cepat ia membaca. Hasil jangka pendek tidak
begitu penting yang penting adalah membangun dasar perkembangan yang kukuh yang
akan berkontribusi pada jangka panjang agar menjadi anak yang lebih bahagia,
lebih sehat, dan berpengetahuan lebih luas serta kompeten.
Pelatihan Guru Waldorf. Karena filosofi Waldorf
disusun dengan baik dan berisi begitu banyak komponen yang saling terkait, para
guru Waldorf harus terlatih. The Rudolf teiner Collage di California adalah
salah satu perguruan tinggi yang menawarkan berbagai jenis program dan
pelatihan yang melatih guru Waldorf.
Pendidikan Waldorf berasal dari Jerman dan telah
diadaptasi kedalam budaya-budaya lain di seluruh dunia. Pendidikan Waldorf telah sukses diadaptasi ke
sejumlah budaya lain, seperti eropa, afrika, timur tengah, Jepang dan
Australia.
Banyak yang menganut teladan pendidikan Waldorf
karena kesederhanaannya. Pada masa teknologi seperti ini, jadwal yang padat
membuat ketergesaan, pendidikan Waldorf berjuang menghapuskan ketergesaan
memungkinkan kita untuk focus pada apa yang benar-benar penting. Waldorf
membantu anak-anak belajar bagaimana dan tugas mereka dimasa tersebut.
D. Menilai
Pembelajaran Anak-Anak
Penilaian adalah hal penting bahkan di taman
kanak-kanak untuk memastikan bahwa siswa memenuhi tujuan kurikulum. Tujuan
kurikulum Waldorf adalah bukan untuk mengajarkan keterampilan akademik dasar
dan mengikuti ujian atau membantu siswa memenuhi standar yang di tentukan
pemerintah bagi berbagai usia dan tahapan atau kelas. Guru Waldorf sangat menyadari kemajuan
perkembangan siswa mereka secara perorangan. Tujuan pendidikan Waldorf adalah membantu
perkembangan anak-anak secara
individualitas.
Pendidikan Waldorf didasarkan pada pemahaman bahwa
penting bagi anak untuk mengembangkan dasar yang kuat dan kecintaan pada
pembelajaran sebagai persyaratan untuk mengembangkan keterampilan akademik,
yang akan muncul saat anak telah siap.
Berdasarkan
prespektif ini, penilaian anak-anak didekati dengan cara yang sangat berbeda
oleh para guru sistem Waldorf.
E. Waldorf
dan Pendekatan Lainnya
Pendekatan
Waldorf pada
pendidikan usia dini tampaknya memiliki daya tarik tertentu yang nyata. Waldorf
tentu saja memiliki banyak persamaaan dengan praktik yang sesuai dengan
perkembangan (DAP) dalam lima katagori:
1) Menciptakan
masyarakat yang mengasihi pembelajar,
2) Mengajar
untuk mendorong perkembangan dan pembelajaran,
3) Membuat
kurikulum yang tepat,
4) Menilai
pembelajaran dan perkembangan anak-anak,
5) Membangun
hubungan timbal balik dengan keluarga.
Pendidikan
anak usia dini Waldorf memiliki banyak kebaikan sebagai hasil pendidiknya. Bisa
dikatakan bahwa Waldorf berkontribusi dalam kompetensi kognitif dan sosial,
bahkan kesiapan bersekolah tidak menjadi prioritas dalam ECE Waldorf mengingat
pengabdiannya pada intergrasi masa kanak-kanak dan kenyataan bahwa anak-anak
cenderung terus berada di Waldorf selama
masa persekolahan mereka. [3]
F.
Kurikulum
pendidikan waldorf
Kurikulum yang
mendefinisikan metode Waldorf tetap relatif tidak berubah dalam 90 tahun
terakhir. Steiner percaya 7 tahun pertama kehidupan anak, periode ditandai
dengan pembelajaran meniru dan sensorik berbasis, harus ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan non kognitif anak. Untuk itu, anak-anak TK di sekolah
Waldorf didorong untuk bemain dan berinteraksi dengan lingkungan mereka bukannya
diajarkan konten akademis dalam suasana tradisional. Steiner juga percaya bahwa
anak-anak harus belajar menulis sebelum mereka belajar membaca, dan bahwa tidak
ada anak harus belajar membaca sebelum usia 7 tahun. Dari usia 7-14 tahun,
kreativitas dan imajinasi di tekankan. Selama tahap ini, siswa sekolah
Waldorf bisa belajar bahasa asing,
tarian ekspresif yang dikembangkan oleh Steiner, dan seni pertunjukan lainnya.
Pada usia 14, siswa siap untuk lingkungan yang lebih terstruktur yang
menekankan tanggung jawab sosial.
G.
Kelebihan
dan Kekurangan model pendidikan waldorf
·
Kelebihan
:
1)
Mainan
disekolah ini bersifat sederhana dan terbuka sehingga akan mendorong imajinatif
anak.
2)
Semua
kegiatan tidak bersifat akademik melainkan kegiatan terapan, kegiatan ini akan
mendorong perkembangan kemauan dan kreatifitas anak.
3)
Model
ini menekankan bahwa masa usia dini adalah masa emasnya anak yang bila
dikembangkan secara baik segala potensi anak berkembang dengan baik pula.
4)
Menggabungkan
anak dari berbagai usia yang berbeda akan membentuk sikap menghargai,
menghormati, imitasi sikap dan saling membantu pada anak.
5)
Kerja
sama yang erat antara orang tua dan anak sehingga memaksimalkan perhatian yang
mendukung tumbuh kembang anak.
·
Kekurangan
:
1)
Tidak
dapat diimplikasikan pada sekolah umum, ini dikarenakan filosofi agama
kristennya.
2)
Pendekatan
ini lebih berfokus pada aspek sosial emosional dan kurang pada aspek kognitif.
H.
Implementasi
pembelajaran waldorf di negara
Guru bekerjasama
anak-anak mampu mengembangkan hubungan yang bermakna dengan mereka, mampu
merundingkan perilaku nakal dengan konsisten, dan mampu membantu siswa
mengembangkan pembelajaran karakter dan kognitif dalam persiapan menjadi warga
Negara yang baik (Easton).
I.
Gambar
pembelajaran waldorf



H. Karakteristik
Program
A. Menciptakan Masyarakat Pemelajar yang Peduli
Pendekatan PAUD
Waldrof menggabungkan elemen-elemen mesyarakat tertentu kedalam rancangannya.
Pentingnya lingkungan fisik, pengelompokan usia, kegiatan yang terencana,
jadwal, dan hubungan sosial seluruhnya dibahas.
· Kepekaan
Anak-anak pada Lingkungan
Steiner memulai
dengan lingkungan, yang mencakup tata letak dan rancangan ruang kelas yang
digunakan oleh anak. Lingkungan adalah tempat yang terpenting untuk memulai.
Lingkungan anak usia dini Waldrof memelihara rasa anak-anak tentang keindahan
dan susunan. Steiner merasa bahwa anak-anak sangat peka terhadap lingkungan
mereka, menyerap informasi melalui kelima indra dan merasakannya melalui
seluruh tubuh mereka.
· Pentingnya Imitasi dan Permainan
Guru Waldrof
yakin bahwa penting untuk memberikan anak-anak sesuatu yang berharga untuk
ditiru. Melalui peniruan sendiri ini, anak-anak belajar tidak hanya untuk
melakukan tugas mereka untuk dilingkungan kelas tetapi juga untuk mengandalkan
orang lain.
Permainan adalah
metode penting lainnya dimana di dalamnya anak-anak mengembangkan rasa
kemasyarakatan. Permainan memberikan kesempatan “aman” untuk melakukan
interaksi sosial. Anak-anak bisa mencoba peran yang berbeda, menyelesaikan
konflik, dan melakukan berbagai metode komunikasi, semuanya dengan bermain
pura-pura. Dari segi perkembangan, permainan adalah kesempatan bagi anak untuk
melatih keterampilan sosial mereka dan mempelajari bagaimana berfungsi dalam
sebuah kelompok.
· Manfaat Pengelompokan Campur Usia
Faktor lsin
yang berperan dalam masyarakat pembelajar Waldrof yang mengasihi adalah pengelompokan beragam
usia anak-anak. Rancangan ini juga meningkatkan atmosfer keluarga dalam arti
bahwa kelas seperti imitasi saudara dengan stratifikasi usia, yang lebih alami
dari pada kelas yang berisi anak dengan usia sama. Perbedaan dari segi usia ini
menawarkan contoh teladan bagi anak-anak yang lebih muda, sedangkan anak-anak
yang lebih tua menghormati dan belajar dari model mereka.
· Menerapkan Ritme dan Rutinitas
Waldrof
berperan untuk membantu meningkatkan rasa kemasyarakatan. Guru berusaha sendiri
menetapkan rutinitas yang berulang setiap hari, setiap minggu, setiap musim,
dan setiap tahun.
B. Mengajar Untuk Mendorong Perkembangan dan Pembelajaran
Ada tiga
perasaan menyangkut pendidikan anak usia dini yang disukung oleh guru-guru
Waldrof : penghormatan, antusiasme, dan perlindungan.
·
Penghormatan, antusiasme, dan perlindungan
Penghormatan
dapat diartikan sebagai sikap seorang guru terhadap anak. Anak sangat mudah dipengaruhi, menyerap
rangsangan dari limgkungan melalui indranya dan merasakannya dengan seluruh
tubuhnya, dan penting bagi guru untuk memberikan rangsangan yang berguna.
Menyadari bahwa
seni mengajar memberikan banyak tantangan. Steiner mendesak agar orang-orang
yang mengajar harus menerima peran mereka dengan antusias. Tugas ketiga seorang
guru adalah memberikan perlindungan bagi semua anak yang mereka asuh secara
fisik, emosional, sosial, dan psikologi. Guru memberikan lingkungan yang bebas
tekanan dengan irama lambat menyenangkan yang memungkinkan anak benar membangun
fondasi yang akan mendukung pembelajaran mereka si masa depan. Anak-anak tidak
merasakan tekanan standar, pengujian, atau keharusan untuk membaca, tapi
menikmati pengalaman baca tulis yang kaya, yang mengarahkan imajinasi mereka.
· Menyediakan Lingkungan yang Respontif
Pengajaran yang
memberi ruang perkembangan dan pembelajaran mengharuskan guru menciptakan
lingkungan yang menyenagkan dan responsif. Keindahan estetis dan rasa hangat
penerimaan yang dibahas sebelumnya mainan dan materi yang disediakan guru untuk
anak. Materi yang mengundang tangan dan pikiran tangan anak-anak untuk
menyentuh, mengolah, membuat dan berimajinasi. Mereka belajar bahwa ada
kemungkinan yang tak terbatas, bukannya belajar bahwa ada satu cara yang benar
untuk melakukan sesuatu.
· Hubungan Anak-anak dengan Pengalaman Pengindraan
Anak adalah
“organ indra secara keseluruhan”, yang berarti bahwa anak-anak saling terkait
dengan pengalaman pengindraan mereka. Seorang anak “menyatu dengan perasaan,
karena itu sangat dipengaruhi oleh apa yang ditunjukan oleh rasa itu, dan
perkembangn psikologinya dipengaruhi oleh lingkungan didekatnya”.
Anak juga bisa
bereaksi dengan kehilangan kendali dan
mencari pelampiasan dengan cara-cara yang tidak diterima secara sosial.
Pendidikan Waldorf dengan lingkungan alaminya yang menyenangkan adalah
penangkal sifat mudah bergairah yang sangant mudah dikuasai oleh anak.
· Bekerjasama dengan Teman Sebaya
Adalah bagian
penting lainnya dalam perkembangan dan pembelajaran sehat yang dibantu
perkembangannya oleh para guru. Guru memberikan banyak kesempatan bagi anak
untuk bermain dan bekerjasama.
· Belajar dengan Melakukan
Guru Waldorf
mendorong anak-anak untuk menemukan sendiri. Saat anak-anak memilih untuk
terlibat dalam imitasi atau permainan, mereka akan melakukan dengan sepenuh
hati dan memperoleh jauh lebih banyak dari pada bila mereka dipujuk untuk
melakukannya.
· Tanggungjawab dan Regulasi Diri
Salah satu
tujuan kurikulum anak usia dini Waldrof adalah membantu anak-anak mengembangkan
rasa tanggung jawab dan regulasi diri. Dengan memilih, anak-anak mulai melatih
pengendalian mereka sendiri. Bagian penting pendekatan ini adalah mengenali
bahwa perkembangan tanggung jawab dan pengaturan diri adalah sebuah proses.
Agar ini terjadi, anak perlu waktu, ruang dan kesempatan yang cukup untuk
berlatih membuat pilihan dan menggunakan kemandirian dan saling ketergantungan
dibawah pengawasan seksama dan bimbingan orang dewasa.
C. Membuat Kulikulum yang Tepat
Kurikulum anak
usia dini Waldrof dibuat untuk mendidik anak secara keseluruhan: “kepala, hati,
dan tangan”. Dengan demikian kurikulum tersebut berbicara tentang perkembangan
aspek sosial, emosional, spiritual, moral, fisik, dan kecerdasan setiap anak.
· Memelihara Anak Secara Keseluruhan
Kurikulum ini
bisa dijelaskan hanya oleh beberapa kegiatan, tapi kedalaman yang dicapainya
memerlukan pembahasan yang panjang.
·
Mendorong Perkembangan Holistik
Perkembangan
sosial dipicu dan dilatih melalui permainan imajinatif. Konflik muncul dan
anak-anak harus menyelesaikannya dan menemukan jalan keluar. Perkembangan
emosional didukung dalam hubungan pribadi dekat yang dikembangkan setiap anak
dengan guru, dan memalui persahabatan yang dibangun anak dengan teman sebaya.
Anak-anak belajar memperoleh kendali emosi yang lebih besar atas perkembangan
saat perkembangan terjadi dalam lingkungan yang aman, terlindungi dan bebas
tekanan. Perkembangan spiritual dibantu berkembang melalui peniruan rasa hormat
setiap guru pada masa kanak-kanak, alam, materi didalam kelas, dan makanam
kecil yang dinikmati. Anak-anak perlu belajar bagaimana mengendalikan perilaku
mereka dan mengambil keputusan yang baik. Pendidikan Waldrof dibuat untuk
meletakkan semua landasan bagi perkembangan moral ini. Perkembangan fisik
dipelihara melalui gerakan. Anak-anak sangat aktif, dan guru mendukung
keaktifan ini sepanjang pagi. Sejumlah kegiatan luar kelas mendorong banyak
gerakan dan perkembangan otot, sementara proyek seni dalam jumlah besar
mendorong keterampilan gerak halus. Perkembangan kecerdasan bukan berasal dari pengajaran
langsung, tetapi melalui penemuan dan peniruan yang diatur sendiri oleh anak.
· Menggabungkan Berbagai Jenis Disiplin Ilmu
Melalui
kerikulum Waldrof yang berisi permainan, imitasi, seni dan cerita, anak juga
memperoleh pengaaman dalam berbagai jenis disiplin. Banyak sekolah saat ini
yang berjuang untuk mengembangkan kurikulum yang terpadu. Guru sering kali
menyamakan disiplin ilmu mereka. Sebaliknya, guru Waldrof selalu mengajar
matematika, sains, kesusastran, kesenian, dan sebagainya sebagai dari satu
kesatuan yang teratur. Landasan bagi kemampuan membaca, menulis dan berhitung,
misalnya diletakkan melalui pengalaman setiap hari seperti pertunjukkan boneka
dan menata meja untuk saat makan makanan kecil.
· Mempertahankan Keteguhan Kecerdasn
Komponen
penting kurikulum adalah keteguhan kecerdasan, karena anak-anak meniru tindakan
orang disekitar mereka, guru harus melakukan tindakan yang pantas ditiru. Guru
mencontohkan tugas sehari-hari yang diperlukan dalam merawat sekolah dan rumah,
termasuk memperbaiki dan membersihkan, memasak dan mencuci. Semua ini adalah
tugas-tugas yang berharga dan bertujuan yang pantas ditiru.
· Merangkul Perbedaan
Pendidikan
Waldrof bisa dipandang sebagai sebuar program multikultur contoh karena dengan
mudah mengadaptasi budaya dan warisan anak-anak dan masyarakat yang
dilayaninya. Tujuan pendidikan Waldrof adalah menyediakan “pendidikan menuju
kebebasan” untuk anak-anak, yang menjadi alasan mengapa tujuannya adalah membantu
anak-anak mengembangkan penilaian yang mandiri yang kuat. Kurikulim Waldrof
pada dasarnya merangkul perbedaan dan menciptakan kesinambungan yang mengasihi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
Anak Usia Dini Waldorf menjelaskan tentang konteks dan karakteristik dari
anak-anak dimana pada masa tersebut anak-anak harus melewati pencapaian tahapan
perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Padal pendidikan Waldorf dijelaskan bahwa dalam pendidikan anak-anak yang harus
diutamakan adalah motorik dan keterampilan. Dimana dua hal tersebut akan
memberikan perkembangan yang baik bagi anak. Pendidikan anak usia dini menurut
Waldorf tidak diutamakan masalah akademik membaca dan menulis. Karena pada masa
tersebut kewajiban anak-anak adalah bermain untuk mengasah motorik dan
kreatifitas. Guru waldorf harus memahami tentang hal tersebut, guru waldorf
diwajibkan menghargai masa tahapan anak-anak. Guru Waldorf harus membebaskan
anak dari hal akademik dan harus mengutamakan konteks dan karakteristik anak.
B. Saran
Diharapkan
kepada para pembaca dapat memahami makalah ini dan dapat mengembangkan lebih
sempurna lagi, dan saran sangat kami harapkan untuk memotivasi penulis, agar
dalam penyelesaian makalah ini bisa memperbaiki diri dari kesalahan, atas
partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Terimakasih untuk tulisan ini. Sangat bermanfaat. Sebagai tambahan informasi, sekolah Waldorf tidak berlandaskan pada filosofi agama tertentu. Filosofinya mengandung nilai-nilai universal.
BalasHapus